Minggu, 21 November 2010

Batik Salem


Batu Bangkong

Menilik Keberadaan Batu Keramat Bangkong Di Desa Bantarwaru Kecamatan Bantarkawung

Dijadikan Sebagai Lambang Kesuburan


Nama batu bangkong sudah menjadi pengetahuan umum bagi warga masyarakat di Kecamatan

Bantarkawung, setiapkali kita bertanya tentang batu bangkong, dengan mudah pula kita akan

mendapatkan penjelasan berbau mistik dari warga masyarakat. Seperti apa?

LAPORAN:TEGUH SUPRIYANTO

Berada di sebuah lahan pesawahan yang berada di dukuh Bangkong Desa Bantarwaru sekitar 4

kilometer dari Pusat Kecamatan Bantarkawung, Selasa (2/6) Radar berkesempatan untuk melihat

secara angsung keberadaan batu yang di keramatkan warga tersebut.

Sebuah batu setinggi lebih kurang 50 sentimeter berada tepat ditengah-tengah dua pohon Serut

yang membuat lokasi tempat batu itu berada terasa sejuk. Dari bentuknya, batu yang terlihat

ditumbuhi lumut tersebut memang menyerupai seekor kodok yang daam bahasa sunda di sebut

Bangkong.

Rasun (59) mantan Kades Bantarwaru yang saat ini menjadi juru kunci lokasi batu keramat

Bangkong mengatakan, konon nama dukuh Bangkong sendiri diambil dari keberadaan batu

tersebut.

"Tidak ada yang tahu secara pasti kapan dan bagaimana kemunculan batu ini, yang jelas batu

ini sudah ada sebelum berdirinya pedukuhan ini," jelas Rasun.

Mengapa dan bagaimana batu tersebut hingga dikeramatkan oleh warga masyarakat disana? Rasun

sedikit bercerita mengenai upaya pemindahan batu Bangkong yang pernah dilakukan pada sekitar

tahun 1957.

"Dulu batu ini sudah ada yang mengambil untuk sebuah tujuan, amun belum sampai di lokasi

tujuan ternyata batu ini dikembalikan kesini. Sementara si pembawa tewas setelah jatuh

kedalam sumur tanpa sebab," jelasnya.

Keanehan lain dari batu bangkong ini dikatakan Rasun, dapat berubah arah kepalanya. Oleh

warga perubahan arah tersebut dijadikan sebagai petunjuk tanda dimulainya untuk mengolah

lahan pertanian.

"Setiap tahun pasti berubah, terkadang menghadap utara, namun kadang megahadap selatan dan

lainya," kata Rasun.

Warga dukuh Bangkong sendiri menilai keberadaan Batu Bangkong sebagai perlambang kesuburan

lahan pertanian mereka. Pasalnya, diwilayah dukuh Bangkong terdapat sedikitnya lahan

pertanian padi seluas 10 hektar yang merupakan sawah tadah hujan.

Namun demikian, berbeda dengan daerah lain, lahan pertanian di Dukuh bangkong ini mampu

untuk panen dua kali dalam satu tahun.

"Biasanya sawah tadah hujan paling bisa satu kali panen dalam satu tahun, tapi disini bisa

dua kali panen. Kondisi itu tetap berlangsung meskipun dalam musim kemarau," ungkap Rasun.

Hingga saat ini diakui Rasun, masih banyak warga dari luar daerah yang datang untuk

melakukan tirakat di lokasi batu bangkong.

"Dari lelaku spiritual yang beberapakali saya lakukan, saya mendapat petunjuk bahwa terdapat

sosok bernama Syeh Gendo Selopati yang bersemayam didalam batu ini. Mereka yang datang

kesini biasanya memiliki hajat baik saat Ujian maupun mencalonkan diri semisal menjadi

Kades," urainya.

Kepala Desa Bantarwaru Wahyudin mengatakan, pemerintahan desa turut melestarikan keberadaan

batu Bangkong tersebut. Menurut dia, meskipun keberadaanya sangat kental dengan dunia hal

berbau mistik namun warga masyarakat dapat memisahkan dengan membatasinya melalui pemahaman

keagamaan. 

"Sehingga meskipun demikian warga tetap berpegang pada ajaran agama islam," jelasnya.(#)


Curug Putri Perlu Sentuhan

KECAMATAN Sirampog merupakan salah satu daerah lumbung padi dan juga penghasil sayuran di wilayah Kabupaten Brebes, tanah

pertaanian diwilayah ini cukup subur sehingga mayoritas warga disini menjadikannya sebagai mata pencaharian untuk menopang

perekonomian mereka.

Sebagian besar wilayah Kecamatan Sirampog yang ada dibagian utara wilayah Kabupaten Brebes ini berada pada dataran tinggi

(pegunungan) dengan suhu udara yang cukup sejuk. Selin dikenal sebagai lumbung padi dan daerah penghasil sayuran, Kecamatan

Sirampog juga memiliki potensi wisata alam salah satunya yakni air terjun yang biasa di sebut warga sekitar curug Putri.

Curug Putri ini berada di dukuh Padanama masuk wilayah Desa Mendala yang dapat ditempuh selama 30 menit perjalanan dengan

kendaraan dari pertigaan Kalisalak Desa Benda ruas jalan utama Tegal-Purwokerto. Sesampainya di Desa Mendala, kita masih

harus melanjutkan perjalanan menuju dukuh Padanama.

Akses jalan menuju lokasi Curug Putri memang cukup sulit selain belum diaspal, pengunjung yang ingin melihat keindahan alam

Curug Putri juga hanya dapat mengakses dengan menggunakan kendaraan sampai di pertengahan Dukuh Padanama. Sisanya kita harus

menempuhnya dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah dan jalan setapak sejauh 500 meter, medan perjalanan juga cukup

berat karena harus melalui tebing cukup terjal.

Sesampainya dilikasi, Radar Tegal yang berkesempatan melihat langsung pesona keindahan alam Curug Putri Rabu (2/12),

merasakan suasana alam yang masih asri. Curug Putri merupakan air terjun setinggi lebih kurang 35 meter dihiasi dengan

tebing batu disisinya membentuk ukiran alami.

Menurut Dirman (40) salah seorang warga Desa Padanama mengatakan, sebelumnya Curug Putri memiliki dua pancuran air yang juga

sering disebut curug kembar. Namun seiring perjalanannya, debit air semakin mengecil sehingga hanya menyisakan satu air

terjun saja.

"Sejak saya lahir disini, orang tua sudah menyebut lokasi ini dengan nama Curug Putri. Saya sendiri tidak tahu sejarahnya,

namun mereka sempat bercerita mengenai keberadaan seorang putri yang dikaitkan dengan curug tersebut. Sebelumnya memnag air

yang terjun ada dua, tapi sekarang tinggal satu karena debitnya berkurang," kata dia.

Sabtu, 20 November 2010







Wisata Alam dan Budaya Diwilayah Selatan Kabupaten Brebes

Wisata Alam dan Budaya Diwilayah Selatan Kabupaten Brebes

PAGUYANGAN - Menyusuri keindahan serta keunikan potensi wisata diwilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, teramat sayang untuk dilewatkan, kondisi alam yang berada di bawah kaki gunung Slamet ini memanjakan mata para pegunjung dengan manyajikan panorama keasrian alam dan hutan.

Jika selama ini masyarakat luas telah mengenal telaga ranjeng dengan jutaan ikan lele jinak yang dapat berinteraksi dengan pengunjung yang mendatangi lokasi wisata di wilayah Kaligua, Kecamatan Paguyangan. Kali ini kita akan mengunjungi lokasi lain dengan kondisi keasrian alam yang tidak kalah menarik.

Candi Pangkuan, berlokasi di wilayah Dukuh Kembang Desa Cilibur Kabupaten Brebes atau sekita 8 kilometer dari jalur utama Tegal-Purwokerto wilayah Kecamatan Bumiayu. Selain nama candi Pangkuan warga sekitar Desa cilibur juga terbiasa menyebut lokasi ini dengan nama alas tua (Hutan berusia tua), menurut cerita yang berkembang dimasyarakat, konon dahulunya lokasi ini merupakan tempat pertemuan dari beberapa petinggi kerajaan di tanah jawa.

Selain keindahan alam dengan kerimbunan pohon yang diperkirakan berusia ratusan dan beberapa prasasti batu yang ada didalam lokasi ini,  satu daya tarik lain lokasi wisata ini adalah keberadaan ratusan ekor kera yang hidup dilokasi candi,

Kepala Desa (Kades) Cilibur Sukirno mengatakan, didalam perlembangannya saat ini lokasi Candi pangkuan semakin banyak dikunjungi, utamanya pada hari-hari libur.

"Meski namanya belum terkenal seperti Kebun teh Kaligua maupun telaga ranjeng, namun saat ini mulai banyak yang meminati keindahan alam serta daya tarik yang ada di candi Pangkuan ini," ungkapnya Kamis (11/11).

Lokasi candi Pangkuan sendiri berada di tanah kas Desa seluas 4,5 hektar, lokasi itu secara tidak langsung menjadi kawasan hutan lindung sehingga masyarakat dengan sadar turut serta memelihara kelestariannya.

"Disini tidak ada masyarakat yang berani menebang pohon, selain dinilai keramat, masyarakat juga merasa ikut memiliki hutan lindung yang juga memiliki potensi wisata itu," jelasnya.

Karena memang belum dikelola secara maksimal, lokasi wisata ini masih dapat secara bebas didatangi pengunjung tanpa adanya tiket tanda masuk. Didalam lokasi juga terdapat sebuah patung dan beberapa makam yang dinamai oleh warga dengan nama kuburan Hindu.

"Sayang beberapa diantaranya telah dicuri orang yang tidak bertanggung jawab, namun demikian saat inni pemerintah Desa bersama warga masyarakat saat inni telah bertekad untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada ini dengan jalan turut serta memelihara semua yang ada didalam lokasi candi," kata Sukirno.

Sama halnya dengan ikan lele yang berada di telaga ranjeng, ratusan ekor keraa yang hidup dilokasi candi juga dapat diajak berinteraksi dengan pengunjung. Mereka tidak segan-segan mendekat dan mengambil makanan yang sengaja disodorkan pengunjung.

Lokasi lainn yang juga menyimpan peninggalan budaya adalah Candi Arca, lokasinya berada di Dukuh Krikil Desa Wanatirta masih berada di Kecamatan Paguyangan.

Sama halnya dengan Candi Pangkuan, Candi Arca juga memiliki situs peninggalan yang secara turun-temurun dipelihara oleh warga masyarakat disana. Didalam candi yang berada di tengah-tengah hutan kopi tersebut, terdapat dua buah patung berukuran tinggi sekitar 50 centimeter yang dipercayai merupakan patung brahmana dan seorang putri.

Bagi yang berminat untuk berwisata alam dan budaya, tidak ada salahnya jika mengunjungi lokasi Candi Pangkuan dan candi arca ini.(pri)