Menilik Keberadaan Batu Keramat Bangkong Di Desa Bantarwaru Kecamatan Bantarkawung
Dijadikan Sebagai Lambang Kesuburan
Nama batu bangkong sudah menjadi pengetahuan umum bagi warga masyarakat di Kecamatan
Bantarkawung, setiapkali kita bertanya tentang batu bangkong, dengan mudah pula kita akan
mendapatkan penjelasan berbau mistik dari warga masyarakat. Seperti apa?
LAPORAN:TEGUH SUPRIYANTO
Berada di sebuah lahan pesawahan yang berada di dukuh Bangkong Desa Bantarwaru sekitar 4
kilometer dari Pusat Kecamatan Bantarkawung, Selasa (2/6) Radar berkesempatan untuk melihat
secara angsung keberadaan batu yang di keramatkan warga tersebut.
Sebuah batu setinggi lebih kurang 50 sentimeter berada tepat ditengah-tengah dua pohon Serut
yang membuat lokasi tempat batu itu berada terasa sejuk. Dari bentuknya, batu yang terlihat
ditumbuhi lumut tersebut memang menyerupai seekor kodok yang daam bahasa sunda di sebut
Bangkong.
Rasun (59) mantan Kades Bantarwaru yang saat ini menjadi juru kunci lokasi batu keramat
Bangkong mengatakan, konon nama dukuh Bangkong sendiri diambil dari keberadaan batu
tersebut.
"Tidak ada yang tahu secara pasti kapan dan bagaimana kemunculan batu ini, yang jelas batu
ini sudah ada sebelum berdirinya pedukuhan ini," jelas Rasun.
Mengapa dan bagaimana batu tersebut hingga dikeramatkan oleh warga masyarakat disana? Rasun
sedikit bercerita mengenai upaya pemindahan batu Bangkong yang pernah dilakukan pada sekitar
tahun 1957.
"Dulu batu ini sudah ada yang mengambil untuk sebuah tujuan, amun belum sampai di lokasi
tujuan ternyata batu ini dikembalikan kesini. Sementara si pembawa tewas setelah jatuh
kedalam sumur tanpa sebab," jelasnya.
Keanehan lain dari batu bangkong ini dikatakan Rasun, dapat berubah arah kepalanya. Oleh
warga perubahan arah tersebut dijadikan sebagai petunjuk tanda dimulainya untuk mengolah
lahan pertanian.
"Setiap tahun pasti berubah, terkadang menghadap utara, namun kadang megahadap selatan dan
lainya," kata Rasun.
Warga dukuh Bangkong sendiri menilai keberadaan Batu Bangkong sebagai perlambang kesuburan
lahan pertanian mereka. Pasalnya, diwilayah dukuh Bangkong terdapat sedikitnya lahan
pertanian padi seluas 10 hektar yang merupakan sawah tadah hujan.
Namun demikian, berbeda dengan daerah lain, lahan pertanian di Dukuh bangkong ini mampu
untuk panen dua kali dalam satu tahun.
"Biasanya sawah tadah hujan paling bisa satu kali panen dalam satu tahun, tapi disini bisa
dua kali panen. Kondisi itu tetap berlangsung meskipun dalam musim kemarau," ungkap Rasun.
Hingga saat ini diakui Rasun, masih banyak warga dari luar daerah yang datang untuk
melakukan tirakat di lokasi batu bangkong.
"Dari lelaku spiritual yang beberapakali saya lakukan, saya mendapat petunjuk bahwa terdapat
sosok bernama Syeh Gendo Selopati yang bersemayam didalam batu ini. Mereka yang datang
kesini biasanya memiliki hajat baik saat Ujian maupun mencalonkan diri semisal menjadi
Kades," urainya.
Kepala Desa Bantarwaru Wahyudin mengatakan, pemerintahan desa turut melestarikan keberadaan
batu Bangkong tersebut. Menurut dia, meskipun keberadaanya sangat kental dengan dunia hal
berbau mistik namun warga masyarakat dapat memisahkan dengan membatasinya melalui pemahaman
keagamaan.
"Sehingga meskipun demikian warga tetap berpegang pada ajaran agama islam," jelasnya.(#)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar